PROSES PENGOLAHAN LIMBAH PABRIK MENJADI
PUPUK ORGANIK
KARYA
TULIS
Diajukan
untuk memenuhi salah satu persyaratan
mengikuti
UN/US Madrasah Aliyah (MA) Ma’arif 1 Punggur
tahun
pelajaran 2017/2018
Oleh:
Nama
|
:
|
MUKHLIS KHOIRUN NISA’
|
NIS/NISN
|
:
|
1730
|
Kelas
|
:
|
XII
(Dua Belas)
|
Program
Studi
|
:
|
Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA)
|
MADRASAH ALIYAH (MA) MA’ARIF 1 PUNGGUR
LAMPUNG TENGAH
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah.
Pertanian Organik ditakrifkan
sebagai suatu sistem produksi pertanian yang berdasarkan daur ulang hara secara
hayati. Daur ulang hara dapat melalui sarana limbah tanaman dan ternak.
Salah satu kegiatan yang dapat
dilakukan dalam mendukung produksi bersih diindustri Gula adalah pemanfaatan
kembali limbah yang dihasilkan dalam proses produksi. Didalam setiap proses
produksi gula menghasilkan limbah yang terdiri dari limbah padat seperti ampas
tebu.
Di PG. Madukismo limbah hasil produksi gula
dimanfaatkan menjadi beberapa bahan yang bisa dimanfaatkan oleh manusia.
Diantara limbah-limbah tebu salah satunya adalah limbah padat (pupuk organik).
Limbah padat ini diproses melalui pengolahan secara termofil yang bisa
dimanfaatkan kembali untuk memupuk tanaman tebu di PG. Madukismo. Supaya
tanaman tebu menjadi lebih baik dan bisa memperbaiki tanah merangsang
pertumbuhan akar, batang dan daun.
Oleh karena itu dari latar belakang
masalah diatas penulis tertarik untuk mengambil judul “PENGOLAHAN LIMBAH PABRIK
MENJADI PUPUK ORGANIK”. Dengan demikian karya tulis ini dapat berguna bagi
pembaca umumnya.
1.2
Batasan Masalah.
Dari latar belang masalah diatas
penulis tertarik untuk membatasi masalah sebagai berikut :
1.2.1
Sejarah
pupuk organic.
1.2.2
Macam-macam
limbah tebu
1.2.3
Manfaat
limbah tebu.
1.3
Tujuan Penulisan.
Adapun tujuan disusunnya karya tulis
ini adalah sebagai berikut :
1.3.1
Untuk
memenuhi salah satu persyaratan dalam mengikuti UN/US pada tahun pelajaran
2017/2018 di Madrasah Aliyah 1 Punggur.
1.3.2
Untuk
menambah wawsan tentang sejarah tanaman tebu.
1.3.3
Untuk
mengetahui tentang macam-macam limbah tebu.
1.3.4
Untuk
menambah wawasan khususnya penulis dan umumnya pembaca tentang manfaat limbah
tebu.
1.4
Waktu dan Tempat Observasi.
Observasi dilakukan pada hari rabu
tanggal 21 Desember 2016 yang bertempat di PG. Madukismo, Bantul, Yogyakarta.
1.5 Metode
Penelitian.
Metode
penelitian yang dilakukan penulis pada waktu penelitian yaitu Interview dan
Observasi :
1.1.1
Interview.
Interview
adalah metode penelitian yang di lakukan dengan bertatap muka secara langsung
antara pewawancara dan narasumber, untuk dimintai keterangan yaitu tanya jawab
langsung kepada salah satu karyawan yang bekerja di PG Madukismo Yogyakarta.
1.1.2
Observasi.
Observasi adalah
metode penelitian atau pengamatan untuk meninjau secara langsung di lapangan
guna melihat dengan jelas sarana dan prasarana yang ada serta kegiatan apa saja
yang dilakukan di PG. Madukismo Yogyakarta.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Sejarah Pupuk Organik.
Sejarah
pupuk diperkirakan sudah mulai dari permulaan dari manusia mengenal bercocok
tanam >5.000 tahun yang lalu. Bentuk pemupukan untuk memperbaiki kesuburan
tanah terdapat pada kebudayaan tua manusia di negeri-negeri yang terletak di daerah
aliran sungai-sungai Nil, Euphrat, Indrus, di Cina ,Amerika Latin, dan
sebagainya (Honcamp, 1931). Lahan-lahan pertanian yang terletak disekitar
aliran-aliran sungai tersebut sangat subur karena menerima endapan lumpur yang
kaya hara melalui banjir yang terjadi setiap hari.
Di Indonesia sebenarnya
pupuk organik itu sudah lama dikenal para petani. Namun, pada saat ini
kebanyakan petani lebih suka menggunakan pupuk buatan karena praktis
menggunakannya, jumblahnya lebih sedikit daripuppuk organik, harganya pun
relative lebi murah karena disubsidi dan mudah diperoleh. Kebanyakan petani
sudah sangat bergantung pada pupuk buatan, sehinnga berdampak negative terhadap
lingkungan hidup dan perkembangan produksi pertanian.
Pupuk
organik pertama kali dikomersialkanoleh dua orang yang bernama F. Nobbe dan L.
Hiltner. Proses penginokulasi benih dengan biakan nutrisi yang di patenkan. Inkular
ini dipasarkan dengan nama hitragin, yang sudah lama diproduksi di Amerika
Serikat. Pada tahun 1930-an dan 1940-an berjuta-juta Hektar lahan di Uni Soviet
yang ditanami dengan berbagai tanaman diinokulasi dengan Azotobakter. Bakteri
ini diformulasikan dengan berbagai cara dan disebut sebagai pupuk bakteri
Azotobakterin.
2.2
Macam-macam
Limbah Tebu.
2.2.1
Limbah Padat.
Limbah
Padat adalah limbah yang berwujud padat. Limbah padat bersifat kering, tidak
dapat berpindah kecuali ada yang memindahkannya. Limbah padat ini misalnya :
A. Blotong.
Merupakan
limbah padat produk stasiun pemurnian nira, berupa endapan berbentuk padatan
semi basah dengan kadar air 50-70%, dalam sehari dapat dihasilkan 3,8 – 4% dari
jumblah tebu yang digiling. Blotong dimanfaatkan sebagai tanah urug dan
pengeras jalan.
B. Ampas
Tebu.
Ampas
tebu adalah salah satu residu dan proses penggalian tanaman tebu setelah
diekstrak atau dikeluarkan niranya pada
industri pemurnian gula
sehingga diperoleh hasil samping sejumblah besar produk limbah berserat yang
dikenal sebagai ampas tebu (Bagasse).
2.2.2
Limbah Cair.
Limbah
cair dari pabrik gula terdiri dari air bekas kondensur dan air cuci tapisan.
Limbah-limbah cair tersebut tidak mengandung senyawa-senyawa berbahaya, hanya
minyak yang terbawa dalam air cucian dan angka BODnya yang perlu mendapatkan
pengontrolan.
2.2.3
Limbah Gas.
Limbah
gas pada pabrik gula umunya adalah asap cerobong yang merupakan gas sisa
pemabakaran dari ketel uap. Asap cerobong ini dapat digolongkan sebagai
Aerosol.
Asap cerobong
yang mengandung partikel-partikel arang yang berasal dari pembakaran ampas
merupakan asap berbahaya sehingga tidak boleh langsung dibuang keudara tanpa
pengolahan terlebih dahulu.
2.3
Manfaat
Limbah Tebu.
Limbah merupakan buangan atau sisa yang
dihasilkan dari suatu proses atau kegiatan dari industri maupun domestic (rumah
tangga) menurut peraturan pemerintah nomor 101 tahun 2004.
2.3.1
Bahan Pembuatan
Pulp Dalam Industri Kertas.
Manfaat
tebu juga merupakan salah satu bahan utama yang dapat menjadi pembuatan pulp
dalam industri kertas. Dengan menggunakan limbah organic seperti manfaat limbah
tebu ini, maka pabrik kertas dapat mengurangi ketergantungan impor dalam
produksi kertas mereka.
2.3.2
Sebagai Bahan
Bakar Dari Boiler Pabrik Gula.
Limbah
tebu bermanfaat sekali, Bogasse yang dihasilkan oleh pabrik gula sebagai
limbah, ternyata tidak dibuang begitu saja oleh pihak pabrik. Bogasse ini
kemudian dimanfaatkan kembali untuk bahan bakar dari boiler dalam proses
pengolahan gula pabrik tersebut.
2.3.3
Campuran Dalam
Pembuatan Paving Block.
Manfaat
limbah tebu ini juga berguna sebagai salah satu bahan campuran dalam pembuatan
paving block. Dinilai lebih ekonomis dan juga dapat menekan biayaproduksi. Hal
ini dikarenakan limbah tebu mudah diperoleh dan juga tidak membutuhkan biaya
yang besar.
2.3.4
Pembuatan Silica
Gel.
Manfaat
limbah tebu yang lain merupakan salah satu gel yang kenyal dan biasanya
digunakan untuk menyerap racun dan juga udara kotor, dan dapat ditemukan pada
produksi makanan dan juga toples.
2.3.5
Pembuatan Tisu.
Manfaat
lain dari tebu yang baru-baru ini ditemukan adalah sebagai salah satu bahan
dasar dan juga bahan baku dari pembuatan kertas tisu.
2.3.6
Sebagai Bahan
Bakar.
Ketika
limbah tebu atau bagasse ini bisa di dimanfaatkan sebagai bahan bakar boiler
pada pabrik gula, berarti bagasse juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar
rumah tangga. Namun demikian, sepertinya masih cukup jarang masyarakat yang
menggunakan limbah dari tebu ini sebagai bahan bakar rumah tangga, karena
fungsinya sudah tergantikan oleh manfaat gas alam dan gas LPG.
2.3.7
Pupuk Organik.
Manfaat limbah
tebu atau bagasse adalah sebagai salah satu pupuk organik. Pupuk saat ini
merupakan salah satu kebutuhan penting bagi para petani.
2.4
Pengolahan
Limbah Ampas Tebu Menjadi Pupuk Organik
Ampas tebu atau lazimnya disebut bagas, adalah hasil samping dari
proses ekstraksi (pemerahan) cairan tebu. Dari satu pabrik dihasilkan ampas
tebu sekitar 35 – 40% dari berat tebu yang digiling (Indriani dan Sumiarsih,
1992). Husin (2007) menambahkan, berdasarkan data dari Pusat Penelitian
Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) ampas tebu yang dihasilkan sebanyak 32% dari
berat tebu giling. Pada musim giling 2006 lalu, data yang diperoleh dari Ikatan
Ahli Gula Indonesia (Ikagi) menunjukkan bahwa jumlah tebu yang digiling oleh 57
pabrik gula di Indonesia mencapai sekitar 30 juta ton (Anonim, 2007b), sehingga
ampas tebu yang dihasilkan diperkirakan mencapai 9.640.000 ton. Namun, sebanyak
60% dari ampas tebu tersebut dimanfaatkan oleh pabrik gula sebagai bahan bakar,
bahan baku untuk kertas, bahan baku industri kanvas rem, industri jamur dan
lain-lain. Oleh karena itu diperkirakan sebanyak 45 % dari ampas tebu tersebut
belum dimanfaatkan
(Husin, 2007).
(Husin, 2007).
2.4.1
Proses
Pengomposan
A.
Bahan
:
Ampas Tebu ( sudah dicacad/dicincang halu) : 2 – 4 karung
Kotoran ternak :
1 karung
Serbuk gergaji :
1 karung
Sekam padi :
1 karung
EM4 :
secukupnya
Air :
secukupnya
Karung goni :
secukupnya
B.
Cara
Membuat:
1.
Timbuni
campuran Ampas tebu, serbuk gergaji dan sekam padi setinggi 25 cm di atas
bedengan berukuran 2,5 x 2,5 meter.
2.
Larutkan
kotoran ternak dgan Air jgan terlalu cair dan tambahkan EM4
secukupnya,.
3.
Kemudian
siramkan ke tumpukan bahan sampai merata sambil dilakukan pengadukan
4.
Tutup
dengan karung guni yang sudah di basahkan
5.
Balik-balik
campuran bahan kompos setelah berlangsung 7 hari
6.
Setelah
di proses selama 1 bulan kompos biasanya cukup matang.
7.
Agar
pengomposan berhasil, buatlah atap naungan di atas pengomposan sebab air hujan
dan penyinaran langsung matahari dapat menggagalkan proses pengomposan.
BAB III
LAPORAN HASIL OBSERVASI
3.1
Sejarah Singkat PG. Madukismo.
Dahulu
pabrik ini bernama PG Padokan dengan luasan yang sangat kecil. Pada masa
Belanda PG Padokan hancur lebur, atas jasa Sri Sultan Hamengkubuwono IX
kemudian didirikan kembali Pabrik Gula Padukan dengan nama Madukismo. Gagasan
pendirian pabrik gula Madukismo tujuannya adalah untuk menolong rakyat banyak
kehilangan pekerjaan karena dibumi hanguskannya pabrik-pabrik Gula pada waktu
itu. Pendirian pabrik gula diyakini mampu menampung banyak orang untuk bekerja.
Banyak petani akan terlibat dalam proses penanaman, pemeliharaan tanaman, panen
serta di pabrik akan menyerap banyak tenaga kerja teristimewa pada waktu masa
giling.
PG
Madukismo dibangun pada tahun 1955 atas prakarsa Sri sultan Hamengkubuwono IX
dan diresmikan pada tanggal 29 Mei 1958 oleh Presiden Ir. Soekarno.
PG Madukismo pertama
kali memulai produksi pada tahun 1958. Sedangakan pabrik spirtus dibangun pada
tahun 1959 dan kontraktor utamanya yaitu Machine Fabriek Sanger Hausen, Jerman
Timur. Perusahaan ini berstatus Perseroan Terbatas, dan didirikan pada tanggal
14 Juni 1955 dan memiliki dua pabrik yaitu yang pertama Pabrik Gula (PG)
Madukismo, yang kedua Pabrik Alkohol atau Spirtus (PS) Madukismo.
Produksi utama
dari PT Madubaru adalah Gula pasir dengan kualitas SHS IA (Superior Heard
Sugar) atau GKP (Gula Kristal Putih). Mutu produksi dipantau oleh P3GI(Pusat
Penelitian Perkebunan Gula Indonesia). Produksi sampimgan dari PG Madukismo adalah Alkohol murni (kadar minimal
95%) dan spirtus (kadar minimal 94%) mutu di pantau oleh Balai Penelitian Kimia
Departemen Perindustrian dan PT Sacaffindo Indonesia.
3.2 Visi
dan Misi
3.2.1
Visi PG.
Madukismo.
PT
Madu Baru menjadi perusahaan agro industri yang unggul di Indonesia dengan
petani sebagai mitra sejati.
3.2.2
Misi PG.
Madukismo.
1) Menghasilkan
gula dan etanol yang berkualitas untuk memenuhi permintaan masyarakat dan
industri dei Indonesia.
2) Meghasilkan
produk dengan memanfaatkan teknologi maju yang ramah lingkungan, dikelola
secara professional dan inovatif memeberikan pelayanan yang prima kepada
pelanggan serta mengutamakan kemitraan dengan petani.
3) Mengembangkan
produk atau bisnis baru yang mendukung bisnis inti.
4) Menempatkan
karyawan dan Stackholder lainnya sebagai bagian terpenting dalam proses
penciptaan keunggulan produksi dan pencapaian share holder value.
3.3 Kegiatan Yang Dilakukan di PG. Madukismo
PG Madukismo adalah pabrik gula terbesar yang ada di
Yogyakarta yang terletak di Desa Padokan, KelurahanTirtonirmolo, Kecamatan
Kasihan, Kabupaten Bantul, Provinsi DI Yogyakarta.
Kami sampai di PG Madukismo sekitar pukul 08:00 WIB
langsung menuju aula pertemuan. Di aula pertemuan kami disambut oleh pemandu
kunjungan industri yang termasuk salah satu pegawai PG Madukismo. Dengan jelas
dan lengkap mereka menerangkan kegiatan-kegiatan yang biasa dilakukan di PG
Madukismo. Dalam hal ini kami diberi kesempatan untuk bertanya, salah satu teman
kami menanyakan tentang kualitas gula menurut warna yang biasa ada dipasaran?. Warna yang dihasilkan dari filtrasi atau
proses penyaringan yng lebih banyak atau lebih sedikit. Misalnya gula tersebut
berwarna coklat hal itu karena proses filterisasi yang sedikit dan sebaliknya,
ujar pemandu PG Madukismo.
Selanjutnya, kami diajak melihat alat-alat pembuatan gula
PG Madukismo secara langsung ke pabriknya yang asiknya perjalan dari aula ke
pabrik diantar kereta yang biasanya digunakan untuk para pengunjung yang ingin
mengetahui cara pembuatan gula secara langsung.
BAB
IV
KESIMPULAN,
SARAN DAN PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Dari hasil observasi yang penulis lakukan di PG
Madukismo, Bantul, Yogyakarta.
Limbah tebu ynag dihasilkan dari hasil produksi tebu yang
meliputi penggilingan, pengeringan. Dari proses produksi tebu terdapat beberapa
limbah yaitu :
a)
Limbah Padat.
b)
Limbah Cair.
c)
Limbah Gas
Adapun limbah padat yang utama dimanfaatkan di PG
Madukismo. Karena limbah padat yang diolah kembali menjadi pupuk organik bisa
berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman tebu di PG Madukismo.
4.2
Saran.
Sebelum
karya tulis ini berakhir, penulis ingin memberikan saran berdasarkan observasi
yang penulis lakukan yaitu :
Dalam proses produksi gula dari tanaman tebu itu banyak
menghasilkan limbah yang dapat dimanfaatkan. Maka limbah-limbahyang dapat
dimanfaatkan itu agar tidak dibuang begitu saja. Karena limbah-limbah tersebut
mempunyai manfaat tersendiri yang berguna untuk memperbaiki tanaman dan
kesehatan kulit. Oleh karena itu jangan membuang-buang limbah tebu begitu saja,
dan dijadikan limbah-limbah itu untuk dimanfaatkan secara baik.
4.3
Penutup.
Dengan
mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT atas segala limpahan Rahmat dan
Hidayah serta Inayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini.
Penulis
menyadari bahwa dalam penulisan karya tulis ini jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya
membangun demi kesempurnaan karya tulis ini.
Selanjutnya
penulis mengucapkan rsa terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan karya tulsi ini. Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi
penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.
Amin
Ya Rabbal ‘Alamin.
Penulis.
No comments:
Post a Comment